PEMILIHAN TEKNOLOGI STERILIZER PADA PABRIK KELAPA SAWIT
Oleh: Muhammad Hamdani
NIM: 011.18.005
Dalam
proses pengolahan kelapa sawit, salah satu tahapan yang paling penting adalah
perebusan tandan buah segar (TBS) atau sterilisasi, karena sangat menentukan
jumlah (rendemen) dan kualitas minyak (CPO) yang dihasilkan. Secara teknis,
perebusan TBS dilakukan pada bejana bertekanan (sterilizer) dengan
menggunakan steam. Perebusan TBS bertujuan untuk memudahkan pelepasan
berondolan dari janjangan, mematikan aktivitas enzim penstimulir kenaikan asam
lemak bebas, memudahkan pemisahan daging buah dari biji, mempermudah proses
pemisahan molekul minyak dari daging buah, serta menurunkan kadar air dan
merupakan proses pengeringan awal terhadap biji. Saat ini di Indonesia terdapat
tiga alternatif teknologi sterilizer, yaitu model horisontal, vertikal,
dan kontinyu. Sampai dengan pertengahan dekade 2000 - 2010, perebusan TBS semua
PKS di Indonesia masih menggunakan sterilizer model horisontal. Setelah
itu mulai dikenalkan teknologi sterilizer model vertikal. Kedua model
ini bekerja dengan sistem batch. Terakhir muncul sterilizer yang
bekerja secara kontinyu, yang diintroduksi dari Malaysia.
Proses
sterilisasi TBS membutuhkan energi (steam) bertekanan dan menuntut
keterandalan alat. Ketidaktepatan dalam penyediaan dan pendistribusian steam
yang sesuai dengan kebutuhan akan berpengaruh kepada pemborosan energi
serta tidak meratanya perebusan, yang pada akhirnya berpengaruh kepada biaya
sterilisasi, tingkat rendemen, kapasitas olah, serta kualitas CPO yang
dihasilkan. Perbandingan teknologi sterilizer model horisontal, vertikal, dan
kontinyu oleh sebab itu diharapkan dapat menentukan kelebihan masing – masing
model sterilizer.
Permasalahannya,
sarana, sistem dan efisiensi kerja, serta keekonomian ketiga jenis teknologi
berbeda, dan setiap produsen/vendor alat mengklaim kelebihan dari
produknya masing-masing. Di lain pihak, PKS sebagai pengguna teknologi
menginginkan sterilizer yang terbaik karena perannya yang sangat vital
dalam proses pengolahan CPO. Selama ini, pemilihan teknologi yang dilakukan
oleh manajemen PKS umumnya menggunakan pendekatan pragmatis, yaitu dengan
melihat apa yang telah dilakukan oleh PKS lain. Studi ini dimaksudkan untuk mendiskusikan
metode pemilihan teknologi sterilizer yang lebih ilmiah dan komprehensif,
dengan tujuan menghitung peringkat prioritas (priority setting) atas
ketiga jenis teknologi sterilisasi tersebut. Analisis prioritas dalam studi ini
menggunakan model Multi-Criteria Decision Making (MCDM) yang
diaplikasikan ke dalam metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang
dikembangkan oleh Saaty (1993). Metode AHP dipilih dengan pertimbangan bahwa
keputusan pemilihan teknologi (sterilizer) merupakan bagian dari rencana
strategis perusahaan, dan dasar keputusannya melibatkan beberapa kriteria yang
terukur maupun tidak terukur (tangible and intangible). Di lain pihak,
di antara keandalan metode AHP adalah fleksibilitasnya dalam mengakomodasi data
dan informasi, baik yang bersifat kuantitatif (terukur) maupun kualitatif
(tidak terukur). Selama ini pemilihan teknologi yang dilakukan oleh perusahaan
pada umumnya lebih banyak menggunakan parameter ekonomi, dengan dukungan data
yang bersifat kuantitatif. Penentuan jenis teknologi tidak cukup hanya
didasarkan kepada parameter ekonomi saja, dan AHP menjadi pilihan tool yang
dapat mendukungAnalisis prioritas dalam studi ini menggunakan model Multi-Criteria
Decision Making (MCDM) yang diaplikasikan ke dalam metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Saaty (1993). Metode AHP
dipilih dengan pertimbangan bahwa keputusan pemilihan teknologi (sterilizer)
merupakan bagian dari rencana strategis perusahaan, dan dasar keputusannya
melibatkan beberapa kriteria yang terukur maupun tidak terukur (tangible and
intangible). Di lain pihak, di antara keandalan metode AHP adalah
fleksibilitasnya dalam mengakomodasi data dan informasi, baik yang bersifat
kuantitatif (terukur) maupun kualitatif (tidak terukur). Selama ini pemilihan
teknologi yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya lebih banyak menggunakan
parameter ekonomi, dengan dukungan data yang bersifat kuantitatif. Persaingan
bisnis semakin ketat, sehingga diperlukan penyelarasan antara strategi teknologi
dengan strategi bisnis jangka panjang. Karena itu penentuan jenis teknologi
tidak cukup hanya didasarkan kepada parameter ekonomi saja, dan AHP menjadi
pilihan tool yang dapat mendukung.
Sumber :
Subiyanto. 2013.
Pemilihan Teknologi Sterilizer Pada Pabrik Kelapa Sawit menggunakan Metode
Analytical Hierarchy Process. Jurnal Teknik Industri. Gedung manajemen BPPT.
Tangerang Selatan
No comments: